Aku pernah menjadi santri di salah satu pesantren di kota ini. Hal
yang baru yang akan ku alami
Tentu berbeda dengan masa ku sekolah saat masih bersama bapak dan ibu. Disini dituntun bisa mandiri. Sore itu aku di antarkan ke pesantren Raudlatul Ulum Kajen
Tempat yang asing bagiku, sama sekali asing. Bahkan aku belum pernah ke tempat ini. Sore itu merubah semuanya. Aku berjalan masuk pintu gerbang sembari takut dan malu. Berjalan menuju salah satu ruang kamar yang akan aku tempati berhari-hari. Pelan-pelan aku mencoba melangkah. Kali itu semua santri baru di antarkan oleh bapak dan ibunya. Namun tidak dengan diriku. Aku bersama kakaku saja. Karena dia seorang laki-laki jadi dia tidak diperkenankan masuk ke dalam. Saat itulah hati ku bergemuruh entah apa yang akan terjadi padaku. Banyak sekali santri baru yang menangis, merengek begitu juga dengan diriku.
Tentu berbeda dengan masa ku sekolah saat masih bersama bapak dan ibu. Disini dituntun bisa mandiri. Sore itu aku di antarkan ke pesantren Raudlatul Ulum Kajen
Tempat yang asing bagiku, sama sekali asing. Bahkan aku belum pernah ke tempat ini. Sore itu merubah semuanya. Aku berjalan masuk pintu gerbang sembari takut dan malu. Berjalan menuju salah satu ruang kamar yang akan aku tempati berhari-hari. Pelan-pelan aku mencoba melangkah. Kali itu semua santri baru di antarkan oleh bapak dan ibunya. Namun tidak dengan diriku. Aku bersama kakaku saja. Karena dia seorang laki-laki jadi dia tidak diperkenankan masuk ke dalam. Saat itulah hati ku bergemuruh entah apa yang akan terjadi padaku. Banyak sekali santri baru yang menangis, merengek begitu juga dengan diriku.
Akhirnya malam pun datang. Semua santri baru wajib berkumpul di
dalam aula lantai dua. Ruangan besar paling utara dan cat dindingnya putih.
Tepat disampingnya ada beberapa kamar yang saling menghadap dengan membentuk
huruf O atau U. Yang tengahnya bolong pembatas antara lantai satu dan lantai
dua. Kamarku menghadap ke timur berada di depan aula sebelah atas. Di dalamnya
ada almari beserta gantungan baju. Al mari yang menempel di tembok dengan
jumlah 18. Setiap satu santri mempunyai satu almari. Saat itu pertama kali aku
mulai berkenalan dengan santri lainnya. Mereka juga ada yang dari surabaya, ada
yang dari kabupaten tetangga. Tujuannya sama mencari ilmu yang manfaat barokah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar