Rabu, 19 Desember 2018

Cerita Cinta


Perasaanku Dalam Diam
Perasaan yang tumbuh dan aku tidak mengetahuinya mulai kapan. Apakah saat kita berbicara berdua beberapa tahun lalu ataukah sejak saat kita melalui hal bersama-sama tahun lalu. Sudah ku menyuruhnya untuk segera enyah dari hati dan fikiran
. Dan sama sekali enggan beranjak pergi. Aku hanya takut kalau perasaan ini semakin bersemayam dan menggelanyut ke dalam hingga berujung tak terbalaskan olehmu. Bagaimana denganmu? Semenjak kita terhalang jarak dan mulai hidup dengan hal baru, aku masih saja menyimpan rapi dirimu di antara berjuta hal baru yang aku alami. Sungguh ini adalah teka teki Tuhan tentang perasaanku. Kau membuatku selalu bertanya dengan semua gundah ku beberapa bulan lalu, saat kau mencoba membicarakan impianmu kepadaku. Apa itu artinya kau juga merasakan apa yang aku rasakan saat ini? Ahhhh sialnya aku selalu kelu saat mau mengutarakannya. Ahh tidak pantaskah wanita zaman sekarang mengutarakan rasanya? Seperti istri nabi Muhammad Siti Khadijah yang datang dahulu ke Nabi. Apakah aku juga harus menyimpan rapi dan kutata dengan hiasan di hati saja. Agar kisah ku denganmu seperti Fatimah dan Ali. Mencintaimu dengan diam. Ahhh sungguh indah bukan? Kalau saja engkau juga melakukan hal yang sama untukku. Misalnya saja kau mendoakanku dalam diam.hehhehehe

Separuh doaku selalu menyebut namaku. Tentang kesehatanmu, rezekimu,dan segera kau menemui waliku. Indah bukan? Rasanya aku ingin segera berlari ke beberapa tahun silam. Ingin mengetahui siapa engkau yang telah dituliskan untukku. Sungguh aku sangat menantinya. Mennati dengan ketaatan yang digariskan. Sesuai garis ketentuan yang ada. Tidak mencoba mengumbar dalam dunia maya. Aku hanya ingin berbisik kepada Rabbi ijinkan aku dan dia bersatu. Menyatu dengan restu, menyatu dengan ridhomu.

Aku berusaha mengiklaskan semuanya kepada Rabbi Izzati. Ketika nanti doaku terjawab aku tidak ingin mengingkari bahwa engkau adalah salah satu jalanku menuju Jannahnya. Ketika nanti kita akan menjadi satu, berjanjilah pada dirimu untuk selalu membimbingku dan mencari ridho serta keberkahanNya.
Kau seperti hujan dimusim kemarau. Yang teramat sangat aku menunggumu di sini. Ketika nanti kita bersama banyak sekali mimpi indah yang aku ingin utarakan kepadamu. Sajak yang aku tulis semuanya untukmu.  Aku mengetahui semua tentangmu namun aku harus tetap diam karena rasa yang aku berikan untukmu aku ingin mewujudkannya seperti Fatimah dan Ali. Semoga kelak kita menyatu dalam temu suci itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Puisi Harus Bagaimana