Kamis, 13 Desember 2018

Cerpen anak-anak tentang Keluarga part 1


Cerpen anak tentang keluarga
Namaku Citra Sukma Ayu Nugroho. Aku seorang siswi di Sekolah Dasar  NaraSyana. Aku mempunyai cita – cita menjadi guru. Hobiku membaca puisi. Aku pernah menjadi juara  satu tingkat provinsi di kotaku. Aku juga menyukai musik. Dari kecil aku belajar bermain piano.
Dulu aku juga belajar bermain biola tapi sudah tidak lagi. Ibuku seorang pembisnis muda dan ayahku juga seorang pembisnis. Kalau ibuku lebih sering bekerja di rumah menemaniku belajar dan saat les piano serta les pelajaran. Ibuku baik sekali. Oh yaa aku adalah anak pertama dari kedua orang tuaku. Sekarang aku kelas 2 SD di Narayana. Ibuku mempunyai toko baju di samping rumah. Ibuku suka mendesain gambar baju yang akan dijual sendiri. Dulu waktu aku bayi kata ibuku aku sering jadi model baju bayinya.  Kalau aku tidak ada tugas sekolah aku belajar bersama ibuku di toko itu. Toko ibuku namanya butique Citra Ayu.
Sebelum melahirkanku ibuku pernah bekerja di sebuah perusahaan baju ternama di kota ini. Namun ketika aku lahir ibuku memutuskan membuka usaha sendiri di rumah kami. Dan ayahku sering sekali keluar kota. Walaupun demikian aku sangat menyayangi ayah. Ayah selalu menyempatkan menelponku walaupun dia sedang diluar kota. Aku juga pernah ikut ayah bekerja di Sumedang. Pada waktu itu saat liburan sekolah. Aku dan ibuku beserta nenekku ikut ayah ke sana. Aku begitu senang menikmati keindahan kota itu. Kami menginap di hotel yang sederhana selama 3 hari. Dan sisa liburanku kuhabiskan di rumah nenek di kota Malang. Aku dulunya terlahir di kota malang. Namun ayah dan ibu memutuskan hidup berdua di kota surabaya. Karena pada waktu itu ayahku dan ibuku bekerja di kota. Nenekku mempunyai kebun dan sawah. Ketika ibuku dan ayah mempunyai pekejaan aku di tinggal dirumah nenek. Selang beberapa hari ibuku juga ikut disini.
Kemarin salah satu teman sekolahku ada yang mempunyai adik perempuan. Aku bertanya pada ibuku kapan buu aku mempunyai adik seperti gisya. Ibuku hanya tersenyum manis. Dan aku bertanya pada ayah ketika dia pulang kerja. Ayahku menjawab kalau aku sudah bisa tidur sendiri dan bisa membantu ibu berberes rumah. Sambil tertawa ayahku mencium pipiku. Ibuku tidak mempunyai pembantu rumah tangga. Setelah ibuku bangun tidur dia membereskan baju kotor ayah dan aku. Selanjutnya menyiapakan sarapan pagi. Menyiapkan peralatan ayah ke kantor dan menata bekal sekolahku. Setelah itu ibu mengantarkan aku dan ayah di depan pintu. Setelah itu ibuku pergi ke toko bajunya yang berada persis di samping rumah. Di toko ibuku ada 4 karyawan yang bekerja disana. Dan satu sopir yang siap antar jemput barang pesanan.  Ketika pukul 11.00 aku pulang sekolah, saat itulah aku di jemput ibuku. Sesibuk apapun ibuku kalau soal menjemputku selalu menjadi prioritasnya. Pernah suatu ketika jadwal pulang sekolahku tiba-tiba pulang lebih awal. Dan aku tahu kalau ibu sedang mempersiapkan seminar di salah satu perusahaan yang bekerja sama dengan ibu. Karena saat waktu berangkat sekolah ayah dan ibu berbicara tentang persiapannya. Yang aku ingat ayah menanyakan jam mulainya tidak berbenturan dengan pulang sekolah nya citra kan bu? Ibu menjawab tidak ayah ibu sudah memilih jam mulainya pukul 9.00 pagi sudah harus dimulai yang sesi ibu berbicara yah. Saat menjawab hal tersebut ibu terasa mantap. Dan itu sudah berjarak 2 jam dari menjemput citra pulang. Dengan senyum ayah  ibu semakin yakin kalau hal yang dilakukan tidak bertentengan dari rutinitas ibu yang harus mendahulukan aku.
Tapi hari itu sekolahku tiba-tiba ada rapat guru. Biasanya wali murid seperti ibu selalu diberi kabar sebelum rapat dilaksanakan. Namun ternyata rapat itu dadakan. Dan tepat jam 9.00 ibuku memulai acaranya dan bel sekolah juga berbunyi tanda pulang. Jam lebih 10 menit ibuku ditelepon oleh wali kelasku kalau anak-anak SD Narayana pulang jam 9.00. tapi kata ibu guruku ibu ku tidak membalas telfonnya. Aku menunggu tepat di teras kelas dua bersama chika. Kebetulan ibunya chika juga belum datang. Selang beberpa menit mungkin rapat sudah di mulai. Guru-guru sudah tidak ada yang berlalu lalang depan kelas kami lagi. Selang beberapa menit ibunya chika datang. Karena rumah chika jalannya bertolak dengan jalan rumahku maka aku menolak untuk diantarkan pulang. Soalnya ibunya citra terlihat juga kalau tergesa-gesa, mungkin ibunya chika izin dari kantornya untuk menjempu chika. Aku tetap menunggu ibu di teras depan kelas. Sampai akhirnya ada salah satu guru kelas lima yang keluar dan melihat aku bersandaar di bangku panjang sendiri. Beliau mengajakku ke perpustakaan sekolah. Kalau aku capek bisa selonjoran tidur kata bu guru itu. Beberapa menit berlalu namun ibuku tak kunjung datang. Akhirnya aku memutuskan untuk pulang sendiri. Di depan sekolah kan ada tukang ojek. Aku minta ojek saja mengantarkanku pulang. Tapi langkahku terhenti oleh pak satpam sekolahku. Beliau melarangku pulang naik ojek. Biar ku hubungi lagi ya ibumu kata pak satpam. Dan di sebrang sana terlihat ibuku mengangkat telfonya dengan nada panik. Maafkan citra bu, “bisikku dalam hati”. Sudah kelas dua namun ciitra masih saja merepotkan usrusan ibu. Apa karena ini citra belum mempunyai adik. Citra ingin mandiri. Teman kelasku juga ada yang berjalan kaki menuju sekolahnya, namun rumah citra jauh.
Setelah beberapa menit dari pak bas satpam menelpon ibu, terlihat mobil ibu sudah berada di sebrang sekolah ku. Ibuku segera memutar arah mobil dan segera turun menyambangiku yang berada di pos pak bas satpam sekolah kami. Tanpa basa-basi ibu bertanya padaku pulang jam berapa nak tadi? Maafkan ibu nak terlambat menjemputmu hingga kau terlihat mengantuk seperti ini. Pak bas kenapa pihak sekolah tidak berusaha memberitahuku beberapa menit sebelum kepulangan? Biasanya tidak pernah seperti ini. Apakah masih ada guru kelas citra di dalam? Pak bas mengangguk. Tapi guru-guru besera staf lagi ada rapat  dan tamu dari tim monitoring yayasan pusat bu. Lantas mengapa pemberitahuan ini mendadak? Kalau saya tadi tidak melihat handphone tentunya citra masih berdiri menungguku pak. Kalau citra nekad naik ojek kan malah jadi repot, bagaimana kalau hal buruk terjadi pak? Dengan nada tinggi ibuku berbicara sambil memegang erat tanganku. Kalau seandainya tadi saya di hubungi sebelum jam kepulangan pasti saya akan tiba tepat waktu, kalaupun saya tidak bisa menjemput citra pasti saya akan menghubungi pak bas kalau ada karyawanku yang menjemput citra. Biasanya kan begitu pak. Ketika aku berjalan menuju mobil ibu tiba-tiba kepalaku pusing. Ini mungkin karena bekalku tadi belum sempat ku makan. Dan ini sudah hampir jam 11. Aku tidak memberitahu ibu kalau aku belum makan bekalnya. Tadi pagi karena aku merasa kenyang jadi tidak sarapan dulu. Sampai di rumah kami ibu terlihat sedih. Biasanya kalau ibu sedang ada acara di luar dan waktunya hampir bersaamaan dengan jam pulangku ibu selalu memindah waktu sebelum aku pulang. Kalaupun ada telfon menyuruh ibu menjemput pasti ibu menyuruh bibi puja untuk menjemputku. Dan langsung di antar ke tempat ibu bekerja.  Seperti biasa setelah ganti baju ibu datang menghampiriku di kamar dan bertanya apa tugas sekolah hari ini nak? Tugasnya adalah mencium pipi ibu. Citra sayang sekali pada ibu jawabku. Citra tidak ingin ibu merasa bersalah atas terlambatnya ibu datang ke sekolahku. Tadi aku menunggu ibu di dalam perpustakaan. Citra senang dan citra membaca dongeng seperti buku yang ada dirumah bu. Terlihat berbinar mata ibu sambil meneteskan air mata. Citra tidak mau melihat ibu bersedih.
Bu citra mau di buatin telur gulung tore yaki bu. Citra lapar. Seketika ibu memeriksa tasku. Citra sayang tadi kenapa bekalnya tidak di makan sayang? Apa rasanya tidak enak? Bukan bu tapi tadi pulang terlalu pagi kupikir akan makan dirumah saja. Maafkan ibumu ini nak, maafkan. Baiklah nak ibu akan memasak untukmu. Apa citra sudah lapar? Aku mengangguk. Kalau begitu citra mau makan diluar? Ibu beranjak keluar rumah menyuruh salah satu karyawan ibu di toko bajunya.  Perut citra sakit? Citra makan nasi goreng tadi pagi dulu ini ibu hangatin lagi. Sambil menunggu mbak min beli makanan favorit citra di depan kompleks. Mau makan dirumah apa diteras belakang apa di ayunan toko nak? Dirumah saja bu sambil menont      on serial kartun. Selang beberapa menit mbak min sudah sampai dan membawa kentang goreng, ayam bakar,nasi uduk dan udang bumbu crispy beserta sayur cak kangkung. Kok banyak banget bu nanti ngak habis. Ya kan nanti bisa di makan sama-sama. Terlihat mbak min juga masih membawa jus alpukat kesukaanku dan kesukaan ibu. Setelah di tata di meja makan ibu menyuruhku segera makan. Dan mbak min juga di suruh membawa sebagian  lauk yang dia beli tadi. Kalau mau ikut makan dengan citra ngak papa mbak min. Mbak min sudah seperti saudara di rumah kami. Mbak min berjalan ke dapur dan melihat nasi goreng ibu yang masih di wajan. Buuu nasi gorengnya enak kenapa citra ngak makan nasi goreng ini, buat mbk minah aja ya? Hehhehe ibu yang berda di depan tv menyahut ambil aja mbak sisakan sedikit untuk ku makan. Aku suka udang dan kentang goreng. Ibu tadi juga sudah menyisakan makanan untuk ayah sebelum ku acak-acak tatananya.  Ibu biasanya makan nunggu ayah pulang kerja sebentar untu makan dirumah.
Terlihat ponsel ibu berdering dengan nada khasnya. Iya hallo.... assalamualaikum.......
Di ujung telfon menjawab waalaikum salam Ayu. Sekarang lagi dirumah tidak yu? Iya bu di rumah. Pripun bu? Ibu mau datang ke rumahmu yu. Apakah prastya sudah berada di rumah? Belum bu mas pras masih di kantor. Bagaimana bu apa ada hal yang mau di sampaikan? Ibu sehatkan? Ibu mau dijemput di bandara? Biar nanti saya salamkan ke mas pras bu. Tidak usah yu aku beserta adikmu naik kereta. Kan dekat stasiunnya dengan rumahnya Prasetya Nugroho.inggih bu... hati-hati nggeh bu... begitulah kira-kira percakapan ibu dengan seseorang di telfon. Apakah itu ibunya ibuku? Atau ibunya ayahku? Kalau ibunya ibu kok naik kereta kan Malang – Surabaya. Biasanya kalau datang di antarkan sopir paman. Kalau ibunya ayah  rumahnya Semarang. Apa nenek  Bia yang mau datang bu? Iya nak nenek Bia dalam perjalanan kemari beserta tante Bella.  Citra kalau ibu pergi sebentar bagaimana pergi ke depan komplek apa mau ikut ibu berbelanja nak? Habiskan dulu makananmu nak. Sambil mengangguk isyarat yang ku berikan ke ibu. Padahal aku tahu ibu terlihat capek dan juga mungkin ibu kepikiran tentang keterlambatan menjemputku tadi. Citra.......... kita jalan saja ya sambil olahraga. Mendung ya buuu,, iya sayang sudah musim hujan. Tunggu sebentar nak ibu lupa kalau jemuran di belakang belum ibu ambil. Setelah beberapa detik hujan turun begitu deras. Ibu sambil berlari ke belakang rumah. Aku ikut membantu ibu. Terlihat capek sekali wajah ibu, ibu belum istirahat lho tadi. Nanti nak setelah belanja kan nenekmu sama tante bella mau kesini, ngak baik kalau ibu tidak menyambut dengan masakan ibu.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Puisi Harus Bagaimana