Namaku Citra Sukma Ayu Nugroho. Aku seorang siswi di Sekolah
Dasar NaraSyana. Aku mempunyai cita –
cita menjadi guru. Hobiku membaca puisi. Aku pernah menjadi juara satu tingkat provinsi di kotaku. Aku juga
menyukai musik. Dari kecil aku belajar bermain piano.
Dulu aku juga belajar bermain biola tapi sudah tidak lagi. Ibuku seorang pembisnis muda dan ayahku juga seorang pembisnis. Kalau ibuku lebih sering bekerja di rumah menemaniku belajar dan saat les piano serta les pelajaran. Ibuku baik sekali. Oh yaa aku adalah anak pertama dari kedua orang tuaku. Sekarang aku kelas 2 SD di Narayana. Ibuku mempunyai toko baju di samping rumah. Ibuku suka mendesain gambar baju yang akan dijual sendiri. Dulu waktu aku bayi kata ibuku aku sering jadi model baju bayinya. Kalau aku tidak ada tugas sekolah aku belajar bersama ibuku di toko itu. Toko ibuku namanya butique Citra Ayu.
Dulu aku juga belajar bermain biola tapi sudah tidak lagi. Ibuku seorang pembisnis muda dan ayahku juga seorang pembisnis. Kalau ibuku lebih sering bekerja di rumah menemaniku belajar dan saat les piano serta les pelajaran. Ibuku baik sekali. Oh yaa aku adalah anak pertama dari kedua orang tuaku. Sekarang aku kelas 2 SD di Narayana. Ibuku mempunyai toko baju di samping rumah. Ibuku suka mendesain gambar baju yang akan dijual sendiri. Dulu waktu aku bayi kata ibuku aku sering jadi model baju bayinya. Kalau aku tidak ada tugas sekolah aku belajar bersama ibuku di toko itu. Toko ibuku namanya butique Citra Ayu.
Sebelum melahirkanku ibuku pernah bekerja di sebuah perusahaan baju
ternama di kota ini. Namun ketika aku lahir ibuku memutuskan membuka usaha
sendiri di rumah kami. Dan ayahku sering sekali keluar kota. Walaupun demikian
aku sangat menyayangi ayah. Ayah selalu menyempatkan menelponku walaupun dia
sedang diluar kota. Aku juga pernah ikut ayah bekerja di Sumedang. Pada waktu
itu saat liburan sekolah. Aku dan ibuku beserta nenekku ikut ayah ke sana. Aku
begitu senang menikmati keindahan kota itu. Kami menginap di hotel yang
sederhana selama 3 hari. Dan sisa liburanku kuhabiskan di rumah nenek di kota
Malang. Aku dulunya terlahir di kota malang. Namun ayah dan ibu memutuskan
hidup berdua di kota surabaya. Karena pada waktu itu ayahku dan ibuku bekerja
di kota. Nenekku mempunyai kebun dan sawah. Ketika ibuku dan ayah mempunyai
pekejaan aku di tinggal dirumah nenek. Selang beberapa hari ibuku juga ikut
disini.
Kemarin salah satu teman sekolahku ada yang mempunyai adik perempuan.
Aku bertanya pada ibuku kapan buu aku mempunyai adik seperti gisya. Ibuku hanya
tersenyum manis. Dan aku bertanya pada ayah ketika dia pulang kerja. Ayahku
menjawab kalau aku sudah bisa tidur sendiri dan bisa membantu ibu berberes
rumah. Sambil tertawa ayahku mencium pipiku. Ibuku tidak mempunyai pembantu
rumah tangga. Setelah ibuku bangun tidur dia membereskan baju kotor ayah dan
aku. Selanjutnya menyiapakan sarapan pagi. Menyiapkan peralatan ayah ke kantor
dan menata bekal sekolahku. Setelah itu ibu mengantarkan aku dan ayah di depan
pintu. Setelah itu ibuku pergi ke toko bajunya yang berada persis di samping
rumah. Di toko ibuku ada 4 karyawan yang bekerja disana. Dan satu sopir yang
siap antar jemput barang pesanan. Ketika
pukul 11.00 aku pulang sekolah, saat itulah aku di jemput ibuku. Sesibuk apapun
ibuku kalau soal menjemputku selalu menjadi prioritasnya. Pernah suatu ketika
jadwal pulang sekolahku tiba-tiba pulang lebih awal. Dan aku tahu kalau ibu
sedang mempersiapkan seminar di salah satu perusahaan yang bekerja sama dengan
ibu. Karena saat waktu berangkat sekolah ayah dan ibu berbicara tentang
persiapannya. Yang aku ingat ayah menanyakan jam mulainya tidak berbenturan
dengan pulang sekolah nya citra kan bu? Ibu menjawab tidak ayah ibu sudah memilih
jam mulainya pukul 9.00 pagi sudah harus dimulai yang sesi ibu berbicara yah.
Saat menjawab hal tersebut ibu terasa mantap. Dan itu sudah berjarak 2 jam dari
menjemput citra pulang. Dengan senyum ayah
ibu semakin yakin kalau hal yang dilakukan tidak bertentengan dari
rutinitas ibu yang harus mendahulukan aku.
Tapi hari itu sekolahku tiba-tiba ada rapat guru. Biasanya wali
murid seperti ibu selalu diberi kabar sebelum rapat dilaksanakan. Namun
ternyata rapat itu dadakan. Dan tepat jam 9.00 ibuku memulai acaranya dan bel
sekolah juga berbunyi tanda pulang. Jam lebih 10 menit ibuku ditelepon oleh
wali kelasku kalau anak-anak SD Narayana pulang jam 9.00. tapi kata ibu guruku
ibu ku tidak membalas telfonnya. Aku menunggu tepat di teras kelas dua bersama
chika. Kebetulan ibunya chika juga belum datang. Selang beberpa menit mungkin
rapat sudah di mulai. Guru-guru sudah tidak ada yang berlalu lalang depan kelas
kami lagi. Selang beberapa menit ibunya chika datang. Karena rumah chika
jalannya bertolak dengan jalan rumahku maka aku menolak untuk diantarkan
pulang. Soalnya ibunya citra terlihat juga kalau tergesa-gesa, mungkin ibunya
chika izin dari kantornya untuk menjempu chika. Aku tetap menunggu ibu di teras
depan kelas. Sampai akhirnya ada salah satu guru kelas lima yang keluar dan
melihat aku bersandaar di bangku panjang sendiri. Beliau mengajakku ke
perpustakaan sekolah. Kalau aku capek bisa selonjoran tidur kata bu guru itu.
Beberapa menit berlalu namun ibuku tak kunjung datang. Akhirnya aku memutuskan
untuk pulang sendiri. Di depan sekolah kan ada tukang ojek. Aku minta ojek saja
mengantarkanku pulang. Tapi langkahku terhenti oleh pak satpam sekolahku.
Beliau melarangku pulang naik ojek. Biar ku hubungi lagi ya ibumu kata pak
satpam. Dan di sebrang sana terlihat ibuku mengangkat telfonya dengan nada
panik. Maafkan citra bu, “bisikku dalam hati”. Sudah kelas dua namun ciitra
masih saja merepotkan usrusan ibu. Apa karena ini citra belum mempunyai adik.
Citra ingin mandiri. Teman kelasku juga ada yang berjalan kaki menuju
sekolahnya, namun rumah citra jauh.
Setelah beberapa menit dari pak bas satpam menelpon ibu, terlihat
mobil ibu sudah berada di sebrang sekolah ku. Ibuku segera memutar arah mobil
dan segera turun menyambangiku yang berada di pos pak bas satpam sekolah kami.
Tanpa basa-basi ibu bertanya padaku pulang jam berapa nak tadi? Maafkan ibu nak
terlambat menjemputmu hingga kau terlihat mengantuk seperti ini. Pak bas kenapa
pihak sekolah tidak berusaha memberitahuku beberapa menit sebelum kepulangan? Biasanya
tidak pernah seperti ini. Apakah masih ada guru kelas citra di dalam? Pak bas
mengangguk. Tapi guru-guru besera staf lagi ada rapat dan tamu dari tim monitoring yayasan pusat
bu. Lantas mengapa pemberitahuan ini mendadak? Kalau saya tadi tidak melihat
handphone tentunya citra masih berdiri menungguku pak. Kalau citra nekad naik
ojek kan malah jadi repot, bagaimana kalau hal buruk terjadi pak? Dengan nada
tinggi ibuku berbicara sambil memegang erat tanganku. Kalau seandainya tadi
saya di hubungi sebelum jam kepulangan pasti saya akan tiba tepat waktu,
kalaupun saya tidak bisa menjemput citra pasti saya akan menghubungi pak bas
kalau ada karyawanku yang menjemput citra. Biasanya kan begitu pak. Ketika aku
berjalan menuju mobil ibu tiba-tiba kepalaku pusing. Ini mungkin karena bekalku
tadi belum sempat ku makan. Dan ini sudah hampir jam 11. Aku tidak memberitahu
ibu kalau aku belum makan bekalnya. Tadi pagi karena aku merasa kenyang jadi
tidak sarapan dulu. Sampai di rumah kami ibu terlihat sedih. Biasanya kalau ibu
sedang ada acara di luar dan waktunya hampir bersaamaan dengan jam pulangku ibu
selalu memindah waktu sebelum aku pulang. Kalaupun ada telfon menyuruh ibu
menjemput pasti ibu menyuruh bibi puja untuk menjemputku. Dan langsung di antar
ke tempat ibu bekerja. Seperti biasa
setelah ganti baju ibu datang menghampiriku di kamar dan bertanya apa tugas
sekolah hari ini nak? Tugasnya adalah mencium pipi ibu. Citra sayang sekali
pada ibu jawabku. Citra tidak ingin ibu merasa bersalah atas terlambatnya ibu
datang ke sekolahku. Tadi aku menunggu ibu di dalam perpustakaan. Citra senang
dan citra membaca dongeng seperti buku yang ada dirumah bu. Terlihat berbinar
mata ibu sambil meneteskan air mata. Citra tidak mau melihat ibu bersedih.
Bu citra mau di buatin telur gulung tore yaki bu. Citra lapar.
Seketika ibu memeriksa tasku. Citra sayang tadi kenapa bekalnya tidak di makan
sayang? Apa rasanya tidak enak? Bukan bu tapi tadi pulang terlalu pagi kupikir
akan makan dirumah saja. Maafkan ibumu ini nak, maafkan. Baiklah nak ibu akan
memasak untukmu. Apa citra sudah lapar? Aku mengangguk. Kalau begitu citra mau
makan diluar? Ibu beranjak keluar rumah menyuruh salah satu karyawan ibu di
toko bajunya. Perut citra sakit? Citra
makan nasi goreng tadi pagi dulu ini ibu hangatin lagi. Sambil menunggu mbak
min beli makanan favorit citra di depan kompleks. Mau makan dirumah apa diteras
belakang apa di ayunan toko nak? Dirumah saja bu sambil menont on serial kartun. Selang beberapa menit
mbak min sudah sampai dan membawa kentang goreng, ayam bakar,nasi uduk dan
udang bumbu crispy beserta sayur cak kangkung. Kok banyak banget bu nanti ngak
habis. Ya kan nanti bisa di makan sama-sama. Terlihat mbak min juga masih
membawa jus alpukat kesukaanku dan kesukaan ibu. Setelah di tata di meja makan
ibu menyuruhku segera makan. Dan mbak min juga di suruh membawa sebagian lauk yang dia beli tadi. Kalau mau ikut makan
dengan citra ngak papa mbak min. Mbak min sudah seperti saudara di rumah kami.
Mbak min berjalan ke dapur dan melihat nasi goreng ibu yang masih di wajan.
Buuu nasi gorengnya enak kenapa citra ngak makan nasi goreng ini, buat mbk
minah aja ya? Hehhehe ibu yang berda di depan tv menyahut ambil aja mbak
sisakan sedikit untuk ku makan. Aku suka udang dan kentang goreng. Ibu tadi
juga sudah menyisakan makanan untuk ayah sebelum ku acak-acak tatananya. Ibu biasanya makan nunggu ayah pulang kerja
sebentar untu makan dirumah.
Terlihat ponsel ibu berdering dengan nada khasnya. Iya hallo....
assalamualaikum.......
Di ujung telfon menjawab waalaikum salam Ayu. Sekarang lagi dirumah
tidak yu? Iya bu di rumah. Pripun bu? Ibu mau datang ke rumahmu yu. Apakah
prastya sudah berada di rumah? Belum bu mas pras masih di kantor. Bagaimana bu
apa ada hal yang mau di sampaikan? Ibu sehatkan? Ibu mau dijemput di bandara?
Biar nanti saya salamkan ke mas pras bu. Tidak usah yu aku beserta adikmu naik
kereta. Kan dekat stasiunnya dengan rumahnya Prasetya Nugroho.inggih bu...
hati-hati nggeh bu... begitulah kira-kira percakapan ibu dengan seseorang di
telfon. Apakah itu ibunya ibuku? Atau ibunya ayahku? Kalau ibunya ibu kok naik
kereta kan Malang – Surabaya. Biasanya kalau datang di antarkan sopir paman.
Kalau ibunya ayah rumahnya Semarang. Apa
nenek Bia yang mau datang bu? Iya nak nenek
Bia dalam perjalanan kemari beserta tante Bella. Citra kalau ibu pergi sebentar bagaimana
pergi ke depan komplek apa mau ikut ibu berbelanja nak? Habiskan dulu makananmu
nak. Sambil mengangguk isyarat yang ku berikan ke ibu. Padahal aku tahu ibu terlihat
capek dan juga mungkin ibu kepikiran tentang keterlambatan menjemputku tadi.
Citra.......... kita jalan saja ya sambil olahraga. Mendung ya buuu,, iya
sayang sudah musim hujan. Tunggu sebentar nak ibu lupa kalau jemuran di
belakang belum ibu ambil. Setelah beberapa detik hujan turun begitu deras. Ibu
sambil berlari ke belakang rumah. Aku ikut membantu ibu. Terlihat capek sekali
wajah ibu, ibu belum istirahat lho tadi. Nanti nak setelah belanja kan nenekmu
sama tante bella mau kesini, ngak baik kalau ibu tidak menyambut dengan masakan
ibu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar