PERANAN HARTA RAMPASAN PERANG PADA AWAL ISLAM
Disusun guna melengkapi tugas
Mata kuliah : Sejarah Ekonomi Islam
Dosen pengampu : Tolkhah,MA.,H
FAKULTAS SYARI’AH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2013
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Dikalangan para orientalis, timbul asumsi bahwa pada masa awal
pemerintahan islam, harta rampasan perang mempunyai peran yang sangat
signifikan dalam menopang kehidupan kaum muslimin. Asumsi tersebut lahir dari
fakta lemahnya kondisi perekonomian kaum muslimin pada masa awal pendirian
negara madinah. Kehidupan masyarakat madinah yang memprihatinkan secara ekonomi
tersebut, menurut para orientalis mendorong rasulullah saw untuk melakukan
perampasan terhadap para khalifah makkah yang melewati madinah menuju syiria.[1]
Sementara itu, dikalangan muslim sendiri terdapat beberapa
pendapat. Pandangan para sejarawan dan cendekiawan muslim ini merupakan hasil
perpaduan antara rasa ingin tahu mereka dengan dugaan dan pendapat. Banyak
sejarawan muslim yang tidak mengakui kepentingan ekonomi dan
ekspedisi-ekspedisi itu.[2] Namun
ada pula yang berpendapat bahwa gerakan militer rasulullah menyebabkan
bertambahnya kekayaan kaum muslimin dalam skala menengah.[3]
Bahkan para penulis modern yang lain berpendapat hampir serupa dengan argumen
yang dikemukakan penulis orientalis.[4]
Sekalipun berbeda pendapat, tampak ada semacam konsensus dikalangan
ahli sejarah dan penulis biografi rasulullah, baik muslin maupun non muslim,
bahwa ekspedisi militer meningkatkan kekayaan kaum muslimin dalam skala yang
lebih besar atau kecil. Hanya saja, selama ini belum ada penelitian yang
komprehensif tentang dampak penting yang ditimbulkan dari harta rampasan
perang, baik dalam peperangan yang diikuti oleh rasulullah (gazhawat) maupun
yang tidak diikuti oleh rasulullah (saraya), pada dekade awal pemerintahan
islam dan kontribusi proporsional serta peranan dan posisinya dalam ekonomi
masyarakat islam pada periode itu.[5]
B.
Rumusan masalah
1. Ekspedisi apa yang dilakukan kaum muslimin pada masa pemerintahan rasulullah
saw?
2. Berapa total perkiraan perolehan harta rampasan perang?
3.
Kesimpulan
C.
Maksud dan tujuan
Dalam penulisan makalah ini, penulis mempunyai tujuan untuk
melengkapi salah satu tugas dari Dosen, dalam rangka mencapai manfaat penulisan
agar menambah wawasan dan pengetahuan penulis, melatih diri dalam hal pembuatan
makalah, dan untuk membangun kepribadian yang baik dengan menulis.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Berbagai ekspedisi yang dilakukan kaum muslimin pada masa
pemerintahan rasulullah saw.
1.
Ekspedisi tahun pertama
Ekspedisi yang dilakukan kaum muslimin pada masa ini sebanyak 74
kali, atau dalam riwayat lain 90 kali atau lebih baik yang Ghazawat maupun Saraya,
bukanlah gerakan militer tetapi hanya merupakan misi politik atau perjalanan dakwah.
Peristiwa terbesar yang terjadi di masa ini adalah perang badar. Perang ini
merupakan ghazwah pertama sementara nakhlah merupakan sariah pertama.[6]
2.
Ekspedisi tahun kedua
Ekspedisi pada tahun kedua ini dimulai dengan peperangan dengan Bani
Qainuqa, salah satu kaum Yahudi terkemuka di Madinah. Dan ekspedisi terakhir
pada tahun ini adalah perang Sawiq.
Di tahun ini selama dua tahun pertama setelah hijriah (622-624 m) hanya empat dari
dua belas ekspedisi yang memberikan sejumlah harta rampasan. Dari keempat
ekspedisi ini, hanya perang badar dan pertempuran dengan Bani Qainuqa yang
memberikan hasil yang cukup besar.[7]
3.
Ekspedisi tahun ketiga
Pada tahun ketiga ini (624-625 m), terdapat tujuh ekspedisi yang
dilakukan oleh kaum muslimin. Dari ketujuh ekspedisi tersebut hanya tiga yang
menghasilkan keuntungan ekonomis. Yaitu perang ghazwah Kudur, perang melawan Bani
Sulaiman, dan perang uhud.[8]
4.
Ekspedisi tahun keempat (625-626 m)
Pada tahun ini kaum muslimin melakukan tujuh buah ekspedisi. Dua
diantaranya menghasilkan harta rampasan perang yaitu Sariyah Abu Salamah Ibn
Abdul Asad yang dikirim ke Qathan, sumur milik bani Asad, pada bulan Muharram
(juni 625 m). Ekspdisi kedua yang menghasilkan harta rampasan perang dan
merupakan ekspedisi terakhir pada tahun ini adalah ghazwah melawan Bangsa
Yahudi Bani Nadhir di Madinah.[9]
5.
Ekspedisi tahun ke lima (626-627 H)
Ekspedisi yang dilakukan sebanyak lima buah dan tiga diantaranya
menghasilkan harta rampasan perang yaitu ghazwah di Dumatul Jandal pada bulan Rabiul
Awal (Agustus 627 M) untuk menumpas kawanan penyamun (qutta al-thariq) dari
suku-suku di utara yang bermusuhan dengan penduduk madinah. Ekspedisi
berikutnya terjadi sekitar enam bulan kemudian. Dalam kesempatan ini kaum
muslimin yang dipimpin langsung oleh rasulullah tersebut menuju mata air Muraisy,
untuk menyerang Bani Musthaliq cabang dari Suku Khuza’ah. Ekspedisi terakhir
ditahun ini adalah ghazwah melawan Bani Quraizah, satu-satunya suku bangsa Yahudi
yang masih tinggal di Madinah.
6.
Ekspedisi tahun keenam (Juni 627–Mei 628 M )
Dalam ekspedisi ini terdapat 3 ghazwah dan 18 saraya. Namun
demikian, tidak ada satu ghazwah pun yang menghasilkan harta ranpasan perang
dan hanya 7 saraya yang menghasilkan keuntungan materi diantaranya:
Ekspedisi paling awal tahun 6 H adalah Ekspedisi Muhamad Bin Maslamah
ke Qurata pada bulan Juni (Muharam). Tiga bulan kemudian sariyah yang terdiri
dari 40 orang tentara yang dipimpimn oleh Ukashah Bin Mihsi ke Al-Ghomer. Di
bulan yang sama ekspedisi Abu Ubaidah Bin Alzaroh ke Dzu Al-Qassah. Pada bulan
berikutnya, dalam ekspedisi lain yang dipimpin oleh Zaid ke Al-Taraf. Pada
bulan yang sama dia juga memimpin sariyah yang lain ke tempat yang di kenal
sebagai Al-Hisma. Sariah terakhir pada tahun ini dipimin oleh Zaid Bih Haris
seorang pemimpin yang paling mashur pada periode nabi, membalas perlawanan Bani
Fazarah.
7.
Ekspedisi tahun ketujuh (628-629 M)
Pada tahun ini kaum muslimin melakukan 14 buah ekspedisi yang
terdiri dari 6 ghazawah dan 8 saraya. Salah satu ghazwah terjadi bersamaan
dengan pelaksanaan ibadah haji pada saat nabi ke Mekah. Ekspedisi pertama pada
tahun ini adalah Perang Khaibar. Ekspedisi lain yang terjadi pada tahun
ini tidak terlalu segnifikan. Seperti
sariyah Abu Bakar di bulan Sya’ban melawan Bani Kilab dari Najd. Dibulan yang
sama ekspedisi Gholib Bin Abdullah Al Laithi melakukan ekspedisi Fadak atau Maifa’ah
yang telah di utus melawan Bani Uwal dan Bani Abd Bin Tsa’labah untuk membalas penyerangan yang
dilakukan pada awal perayaan kemenangan kaum muslimin. Dua ekspedisi yang lain yang
dipimpin oleh Gholim Bin Abdullah dan Basyir Bin Sa’ad Al Khazraji ke Al-Maifa’ah
dan Al-Jinab.
8.
Ekspedisi tahun kedelapan (629-630 M)
Hanya terjadi 6 ekspedisi yang menghasilkan harta rampasan perang
diantaranya : Sariyah pertama yang dipimpin oleh Gholib Bin Abdullah Al Khadid
di bulan Syafar (Juni) yang terdiri dari kelompok-kelompok kecil berjumlah
10-15 orang. Ekpedisi Mu’tah. Ekspedisi Amr Bin Al Asl Alsahni ke Dzat
Alsalasi. Sariyah Abu Qodatah Bin Rib’i Ke Al Qoiroh. Ekspedisi besar yang
dilakukan untuk menaklukkan Mekkah. Harta rampasan terbesar di tahun ini di
peroleh dari Perang Hunain yang merupakan ghaswah terbesar.
9.
Ekspedisi tahun kesembilan (630-631 M)
Sebagian besar ekspedisi yang dilakukan pada tahun ini berhasil
mendapatkan harta rampasan perang, baik dalam jumlah kecil maupun besar
diantaranya : Sariyah pertama ditahun ini terjadi antara pasukan Uyainah bin
Hisn Al-Fazari melawan Bani Tamyin pada bulan Muharram (april-mei). Sebulan
kemudian berlangsung syariyah Qutbah bin Amir ke Bishah melawan pasukan
Khat’am. Syariyah kelima yang dipimpin oleh Ali bin Abi Thalib berhasil
menaklukkan al-faus, berhala dari Tayi. Ekspedisi Tabuk yang dipimpin Khalid
bin walid Al-Makhzumi dalam sebuah sariyah melawan penguasa Kindi di Dumatul
jadal, Ukaidir bin Abdul Malik.dll.
10. Ekspedisi tahun keseuluh (631-632 M)
Pada tahun keseuluh hijriyah ini hanya terdapat satu ekspedisi
yaitu sariyah Ali Bin Abi Thalib ke Yaman.
B.
Total perkiraan perolehan harta rampasan perang
Setengah dari kurun waktu perolehan hanya berhasil memperoleh
sejumlah kecil harta rampasan perang. Hal ini ditunjukkan melalui aktivitas
perang selama melawan suku bangsa yahudi di madinahdan suku-suku diwilayah
selatan. Harta rampasan perang yang jumlahnya besar hampir setengahnya
diperoleh dari suku bangsa arab Hawazin sementara kaum muslimin hanya
memperoleh harta rampasan perang dalam jumlah yang sangat sedikit dari musuh
lama mereka, suku quraisy.
Berikut tabel yang berisi ringkasan perolehan harta rampasan perang
kaum muslimin selama melakukan ekspedisi pada masa pemerintahan rasulullah.
Tahun
|
No.
|
Ekspadisi
|
Estimasi Nilai Harta Rampasan Perang (Dirham)
|
2 H (624 M)
|
1
2
3
4
|
Nakhlah
Badr
al-kubra
Bani
qainuqa
Al-sawiq
|
20.000
160.000
250.000
2.000
|
3 H (624-625 M)
|
5
6
7
|
Al-Kudr
Al-Qaradah
Uhud
|
20.000
100.000
616
|
4 H (625-626 M)
|
8
9
|
Al-Qatan
Al-Nadr
|
520.400
300.000
|
5 H (626-627 M)
|
10
11
12
13
|
Dumah
Al-Muraisy
Al-Khandaq
Bani
Quraizhah
|
10.000
200.000
2.000
720.000
|
6 H (627-628 M)
|
14
15
16
17
18
19
20
|
Al-Qurata
Al-Ghamr
Dzul
Qassah
Al-Jamun
Al-Taraf
Fadak
Bani
Fazarah
|
70.000
|
7 H (628-629M)
|
21
22
23
24
25
26
|
Khaibar
Fadak
Tayma
Wadi
al-Qura
Najed
Fadak
|
650.000
|
27
28
|
Al-Mayfa’ah
Al-Jihab
|
200.000
|
|
8 H (629-630 M)
|
29
30
31
32
33
|
Al-Kadid
Al-Siy
Mu’tah
Al-Khadirah
Fath
al-Makkah
|
50.000
|
34
|
Hunain
|
3.200.000
|
|
9 H (630-631 M)
|
35
36
37
|
Bishah
Al-Fuls
Dumah
|
150.000
|
10 H (631-632 M)
|
38
|
Al-Yaman
|
|
Total
|
6.157.016
|
C.
Kesimpulan
Kontribusi harta rampasan perang sangat
besar dampaknya terhadap peningkatan perekonomian kaum musliminn di Madinah,
walaupun sampai saat ini belum terdapat perhitungan yang cukup memadai untuk
masalah harta rampasan perang.
1. Harta rampasan perang sebagai alat untuk menafkahi hidup
Sebagai hasil ilustrasi pertama adalah
beberapa banyak orang yang akan di beri makan dari hasil rampasan perang
tersebut : untuk mengetahui besarnya biaya hidup yang terjadi pada masa itu
adalah perkara yang tidak mudah. Ketika menjadi khlifah, Abu Bakar membutuhkan
gaji sebesar 3.000 dirham pertahun untuk membiayai kebutuhan hidup diri
sendiri, istri dan 3 orang anaknya.
Dengan demikian, jumlah total harta
rampasan hanya cukup untuk menghidupi 207 keluarga selama periode 10 tahun.
Jumlah ini baru mencukupi penduduk muslim dari madinah saja, belum termasuk
penduduk dari semeanjung Arab yang berjumlah lebih besar.
Disisi lain, jika di hubungkan
dengan jumlah penduduk muslim yang tinggal di luar madinah terdapat factor lain
yang harus di pertimbangkan yakni tidak ada di antara mereka yang yahu harus
ikut berperang selama masa hidup Rasulullah.
2. Pengeluaran selama ekispedisi
Besarnya rampasan perang yang di
peroleh kaum muslimin adalah berkaitan dengan pengeluaran kaum muslimin selama
melakukan ekspedisi, setiap ekspedisi memerlukan sejumlah besar uang dan
beberapa perlengkapan ekspedisi seperti senjata, alat transportasi, baju, makanan dan bahan makanan, secara kasar dapat
di perkirakan besarnya biaya yang di butuhkan untuk membiayai
ekspdisi-ekspedisi tersebut sebuah riwayat menyatakan bahwa orang makkah telah
menghamburkan dana sebesar 50.000 dinar (6.000.000 dirham) untuk membiayai 3000
tentara perang Uhud.
3. Kerugian-kerugian akibat berbagai ekspedisi
Biaya yang
dikeluarkan akibat ekspedisi mencakup biaya untuk menangani para tahanan
perang, biaya sosial yang mengurangi margin keuntungan kaum muslim dan kerugian
yang besar lainnya adalah pada ekspedisi Uhud, dan kemungkinan pada beberapa
lainnya. Dimana kekalahan membawa kerugian
materi yang berupa uang, ternak, tanah.
Faktor lain yang secara mendasar
mengurangi tingkat keuntungan dari serangkaian aktivitas militer adalah
kerugian material yang terkadang sangat besar jumlahnya sehingga mengakibatkan
penduduk madinah khususnya kaum muslimin mengalami penderitaan setelah operasi
militer tersebut. Kerugian tentu saja merupakan hal yang tidak dapat di hindari
oleh kaum muslimin dalam memperoleh kesuksesan ekspedisi, baik berupa materi
maupun nyawa. Meskipun kerugian yang di derita relatif kecil jika di bandingkan
dengan keuntungan yang di dapat.
4. Keuntungan Ekonomi Islam
Ada empat aktivitas ekonomi yang
paling utama di semenanjung Arab yaitu perdagangan dan perniagaan,
pertanian, kerajinan dan manufaktur, pekerja kasar. Tetapi dalam hal ini
perdagangan dan pertanian merupakan dasar dari ekonomi muslim, sedangkan sumber
lainnya bukan mata pencaharian utama
Setelah
didirikan Negara Islam perdagangan dan pertanian terus berkembang, tentu saja
hal ini meningkatkan ekonomi mereka, banyak diantara imigran tersebut
yang menjadi kaya pada masa Rasul seperti Usman bin Affan, Abd al-Rahman dll.
5. Nilai Riil Harta Rampasan Perang
Penginvestasian modal yang diperoleh
dari pembagian harta rampasan kelapangan kerja yang produktif seperti kebun,
tanah, dan took sangat memperkuat posisi keuangan investor dan meningkatkan
perekonomian secara umum suatu daerah. Yang perlu diketahui disini adalah harta
rampasan muncul dari hasil peperangan yang didasari dengan kepentingan politik atau
tujuan agama atau dengan kata lain sebagai motivasi dan bukan ekspedisi
militer. Dari analisis ini dapat disimpulkan bahwa harta rampasan perang
memberikan sebagian besar stimulus untuk perkembangan perekonomian muslim di
Madinah dengan didasari atas latar belakang perdagangan dan pertanian
yang mempengaruhi ketekunan dan rasa cinta damai sesame umat manusia.
KESIMPULAN
Terdapat berbagai
ekspedisi yang dilakukan kaum muslimin pada masa pemerintahan rasulullah saw
dalam waktu 10 tahun. Total perkiraan perolehan harta rampasan perang yang
diperoleh oleh kaum muslimin pada masa Nabi SAW dalam waktu 10 tahun jumlah
keseluruhannya adalah 6.157.016 dirham. Dan harta rampasan perang berperan
sebagai alat untuk menafkahi hidup.
BAB III
PENUTUP
Demikian telah selesailah penulisan makalah ini,
penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan kesalahan dalam penulisan
dan masih jauh dari kesempurnaan karna kesempurnaan hanya milik allah swt.
Namun penulis berharap semoga makalah ini berguna dan bermanfaat bagi diri
penulis dan pembaca. Amiin
DAFTAR PUSTAKA
Ir. H. Adiwarman Azwar Karim, SE., M.B.A., M.A.E.P.Sejarah
Pemikiran Ekonomi Islam, edisi ketiga, (Jakarta:PT.Raja Grafindo
Persada,2006)
Adiwarman Azwar Karim, M. A. Sejarah Pemikiran ekonomi islam, (Jakarta:
The International Institute of Islamic Thought (IIIT),2001)
http://blog.com Bebek Gunandi Tompel, resum sejarah pemikiran islam,
(sekolah tinggi agama islam nurul hakim (STAI-NH),2011)
[1]
Pemahaman yang keliru dari para orientalis tentang hal ini, antara lain, lihat
sancelot addison, first state of mahumedism: or an account of the author
and doctrines of the imposture (london: green dragon,1979),h.70-88, washington
irving, live of mahomet (london:william clowes & sons,1876),h.94-95
[2]Abdul
hasan ali nadvi,Muhammad rasul allah,(lucknow:mudran kala
bhawan,1979),h.361-364
[3] Shibli
nu’mani,sirat al-nabi (azamgarh: ma’arif press,1971), vol.1,h.574-584
[5] Karim
adiwarman azwar,H.,sejarah pemikiran ekonomi islam,(jakarta:PT,.Raja
Grafindo Persada:2004),h.189
[6]
Keterangan lebih lanjut lihat di, Karim adiwarman azwar,H.,sejarah pemikiran
ekonomi islam,(jakarta:PT,.Raja Grafindo Persada:2004),h.189-195
[7]
Ibid.,hlm.195-198
[8]
Ibid,.hlm.198-199
[9]
Ibid,.hlm.199-202
Tidak ada komentar:
Posting Komentar