TAFSIR
SURAT AL-FATIHAH
MAKALAH
Disusun
Guna Memenuhi Tugas
Mata kuliah : Tafsir
FAKULTAS
SYARIAH DAN EKONOMI ISLAM
INSTITUT
AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG
2013
PENDAHULUAN
Al-qur’an
merupakan buku petunjuk dari Tuhan yang
diberlakukan secara universal, artinya untuk semua manuasia dimanapun
daerahnya tinggal dan kapanpun dalam periode sejarah ia tumbuh dan hidup.
Sebagai buku suci dan mengikuti petunjuk-petunjuk yang ada dalam Al-qur’an
merepukan susatu keharusan, terutama bagi orang-orang yang telah menerima Allah
yang telah menurunkan Al-qur’an sebagai Tuhannya dan Muhammad sebagai
utusannya. Meski demikian, Al-qur’an yang diturunkan dalam bahasa arab menjadi
sebuah teks suci yang tidak semua orang dapat memahaminya, termasuk oleh si
pemakai bahas arab semndiri, untuk itu di butuh ilmu tersendiri untuk
mengetahui kandungan isinya, jadi kita memerlukan ilmu tafsir.
Dalam Al-qur’an
terdapat berbagai macam-macam suratnya, dan terdapat banyak ayatnya. Tidak
mungkin kita akan mempelajari langsung semua ayat dan surat-surat tersebut, untuk
lebih memudahkan dan dapat memahami isi dan kandunganya kita akan
mempelajarinya sedikit demi sedikit. Untuk itu kali ini maka kita akan mempelajari
dan memahami tafsir surat Al-fatihah.
RUMUSAN MASALAH
1. Kapan
surat Al-fatihan diturunkan?
2. Apa
ayat-ayat dan kandungannya?
PEMBAHASAN
A.
Turunya surat
Al-taihah
Para ahli tafsir
tidak satu pendapat mengenai tempat dan waktu diturunkannya surat ini. Umumnya
menyatakaan, al-fatihah turun dimakkah pada masa sangat awal kenabian, Wahidi
menuturkan, berdasarkan Abu Maisarah dan ‘Ali, bahwa “ ketika Nabi berjalan
kepadang pasir ( yaitu diawal kerasulan di makkah), beliau mendengar suara
memanggil: Hai Muhammad. Tapi saat beliau mendengar suara itu, beliau lari
dengan takut. Waraqah ibn Naufal berkata kepada beliau: jika Tuan mendengar
panggilan itu lagi, berusahalah berdiri tegak dan dengarkan apa yang di
ucapkannya kepada tuan, dan setelah itu kembalilah dan ceritakan kepada saya.
Ketika Nabi berjalan kepadang pasir lagi, beliau mendengar suara memanggil: Hai
Muhmmad! Beliau menjawab: Aku disini. Suara itu berucap: katakanlah “aku
bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalan
Nabinnya”. Kemudian suara itu berucap lagi: katakanlah segala puji bagi Allah,
Tuhan seru sekalian alam...” dan seterusnya, sampai beliau dapat membaca surat
permulaan Al-qur’an.
Beberpa ahli
lainnya mencoba berpenapat, fatihah diturunkan dua kali pertama di makkah dan
kemudian di madinah. Mereka berpendapat demikian karena kenyataan fatihah
menduduki tempat sangat penting dalam kelima waktu sembahyang setiap hari.
Namun pandangan ini belum menyediakan kepada para ahli tafsir kepuasaan dalam
pemecahan masalah. Al-Husain ibnul-fadhl menyatakan, setiap orang terpelajar
punya kesalahan, dan kesalahan mujahid adalah bahwa berkeras al-fatihah
diturunkan di madinah.
B. Ayat-ayat
al-fatihah dan kandungannya
Al-fatihah
terdiri dari tujuh ayah tanpa perbedaan pendapat ( bi la khilaf ).
Menurut Umar bin Abid, al-fatihah terdiri dari delapan ayat, menurut pendapat
Hussyn al-Ja’fi, al-fatihah terdiri dari enanm ayat. Dua pendapat itu
dinilai lemah karena syadz. Perbedaan pendapat yang sesungguhnya dipicu
oleh kedudukan basmalah, apakah ia ayat yang berdiri sendiri atau menjadi
bagian dari surat al-fatihah. Pendapat lain menyatakan jumlah huruf dan jumlah
kata dari surat al-fatihah, yaitu terdiri dari 23 kata dan 113 huruf.
Ayat-ayat surat
al-fatihah :
·
بسم
ا للّه ا لرّ حمن ا لرّ حيم
Dengan
nama Allah, Yang Maha pemurah lagi Maha penyayang
Terdapat perbedaan pendapat
dikalangan ahli nahwu tentang muta’alliq
huruf ba’ dalam ungkapan Bi-ism Allah,
apakah ia dengan isim atau dengan fi’il. Masing-masing kelompok yang berbeda
pendapat memiliki dasar-dasar argumentasi dari ayat-ayat Al-qur’an. Yang
berpendapat dengan ism maka cangkupan (pikiran) artinya menjadi bi-ism Allah (
dengan nama Allah) sebagai suatu permulaan (Ibtida’i), sedangkan yang
berpandangan dengan fi’il (kata kerja) baik dalam bentuk kalimat perintah
maupun berita, maka cakupan (pikiran) artinya menjadi saya memulai dengan nama
Allah (abda’u bi-ism Allah) atau aku memulai dengan nama Allah (ibtada’tu
bi-ism Allah). Kedua pendapat tersebut menurut penafsir sama-sama benar karena
setiap fi’il pasti berasal dari masdarnya.
Analisa selanjutnya adalah pada
kata al-Rahman dan al-Rahim. Kata itu merupakan kata bentukan (musytaq) dari kata al-rahman dengan
kandungan arti sangat atau melebihi
( Maha Pengasih dan Maha Penyayang ). Pendapat lain menyatakan bahwa
kedua kata tersebut wungkul ( ghayr musytaq ). Riwayat dari ibnu al-Ambari menyatakan
bahwa al-rohman dan al-rahim berasal dari bahasa ibrani dan bukan bahasa arab.
Menurut al-Qurthubi pendapat yang menyatakan bahwa keduanya musytaq adalah
sebuah hadist qudsi yang ditakhrij oleh al-trimidzi dan telah dinilainya
sebagai hadist shahih.
·
الحمد
للّه ربّ العا لمينَ
Segala puji bagi Allah, Tuhan seru sekalian alam
Abu Ja’far bin Jarir menyatakan
bahwa makna al-hamd lillah adalah rasa sukur yang murni hanya milik Allah
semata, karena dia telah menganugerahkan nikmat kepada hamba-Nya
yang tak terhingga jumlahnya dan tidak ada seorangpun, selain Dia, yang
mengetahui jumlahnya,serta tak seorangpun yang berhak meneima rasa sukur. Oleh
karena itu untuk Rabb sajalah segala puji, baik pada awal maupun akhir.
Pada bagian selanjutnya penafsir
mengungkapkan perkataan Ibn ‘Abbas bahwa al-hamd lillah adalah ungkapan setiap
orang yang bersukur kepada Allah. Al-Qurthubi telah menujukan kepada Ibn Jarir
tentang kesahihan perkataan seseorang yang menyatakan bahwa al-hamd lillah
berati bersukur. Ibn Jarir sendiri mencurigai riwayat tersebut mengandung
kelemahan atau cacat (nazhr), karena telah terkenal dikalangan ulama moderen
bahwa al-hamd lillah berati pujian (tsana’) dengan ucapan kepada yang terpuji
dengan sifat-Nya.
·
اﻠرّحمن
الرّحيمِ
Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang
Penjelasan dan
tafsir al-rahman dan al-rahim telah dianggap cukup dalam tafsir basmalah
sehingga penafsir tidak membahas ayat tersebut, karena hanya akan bersifat
mengulang. Penafsir kemudian mengutarakan peryataan Al-Qurthubi yang menjawab
antara hubungan ayat ini dengan ayat sebelumnya, bahwa Allah telah mensifati
diri-Nya dengan al-rahman dan al-rahim dalam ayat ini setelah firmanNya, rabb
al-alamin, dengan tujuan memberi harapan
yang menggembirakan setelah ancaman, sebagai mana ayat al-qur’an yang di
tujukan dalam bagian ini sebagai dasarnya, “ kabarkan kepada hamba-hamba-Ku
bahwa sesungguhnya Akulah Yang Maha Penggampung lagi Maha Penyayang, dan bahwa
sesungguhnya azabKu adalah yang sangat pedih “. Maka Rabb dalam ayat sebelumnya
adalah ancaman, dan al-rahman dan al-rahim pada ayat ini menjadi harapan yang
mengerikan. Kesimpulan ini dipertegas penafsir
dengan mengemukakan sebuah hadist dari kitab shahih muslim.
·
ما
لك يوم ااالدّينِ
Yang
menguasai hari kemudain
Terdapat dua pendapat yang
sama-sama kuat dan didukung sejumlah ayat-ayat al-qur’an mengenai akar kata malik. Pendapat pertama
menyatakan akar kata malik diambil dari kata al-malik. Pendapat kedua,
menyatakan akar kata malik adalah al-mulk. Selanjutnya penafsir menguraikan
analisa grametikal terhadap malik yaum al-din. Penghususan kepemilikan ( Allah
) dengan hari akhir (yaum al-din ) tidaklah menafikan yang lainnya, tanpa
kepemilikan atas hari dunia. Hal itu karena telah disampaikan pada ayat
terdahulu bahwa Tuhan adalah penguasa seluruh isi alam. Ayat ini juga mengandung
pengertian umum, yaitu pemilik hari dunia dan akhirat. Penyandaran Dia kepada
hari akhir pada susunan tersebut disebabkan disana tidak ada siapapun
selain-Nya yang dapat mengklaim akhirat sebagai miliknya dan tiada seorangpun
yang dapat berbicara mellainkan dengan izin-Nya.
·
ايّاك
نعبد و ايّاك نستعينُ
Hanya
kepada-Mu kami mengabdi, dan hanya kepada-Mu kami mohon pertolongan
Ibadah adalah
perasaan merendahkan diri yang lahir dari hati nurani, sebagai akibat perasaan
mengagungkan yang disembah, di samping dengan kenyakinan yang di sembah itu
mempunyai kekuasaan yang pada hakkatnya tidak bisa di jangkau oleh kemampuan
akal manusia. Sebab , kekuasaan Allah tidak bisa di jangkau oleh akal dan tidak
bisa dianalisa oleh alam pemikiran.
Siapa pun yang
merendahkan dirinya di hadapan sang raja, tidak bisa dikatakan bahwa ia adalah
hamba raja tersebut lantaran perbuatan merendahkan diri itu sudah diketahui
latar belakang tertentu, yakni karena takut kelaliman raja, atau bahkan mengharapkan
sesuatu dari raja. Cara ibadah, pada dasarnya bermacam macam menurut perbedaan
agama dan waktu. Tetapi semuanya disyaratkan untuk mengingatkan manusia kepada
kekuasaan Yang Maha Tinggi. Juga untuk meluruskan akhlak bengkok dan
membersihkan jiwa umat manusia. Jika tujuan-tujuan tersebut tidak membekas,
berarti bukan ibadah yang dimaksudkan syari’at.
Misalnya
melakukan sholat. Allah memerintahkan kepada kita agar melakukan shalat secara
lengkap dan sempurna. Sebagai bukti bahwa shalat itu telah dilakukan secara
lengkap dan sempurna ialah terhindarnya perbuatan mungkar baik lahir maupun
batin.
اهد
ناالصرا ط المستقيم
“tunjukkan kami
jalan yang lurus”
Hidayah,
artinya suatu pertanda yang dapat mengantarkan seseorang kepada hal yang
dituju. Shirath berarti jalan. Mustaqim berarti lawan kata
berbelok belok (bengkok) jalan bengkok adalah jalan menyelewengkan seseorang
dari cita cita yang dituju. Dan jalan ini harus dihindari oleh orang orang yang
menghendaki jalan lurus dan benar.
Macam-macam
Hidayah
1.
Hidayah
dlam bentuk ilham. Hal ini dirasakan oleh anak kecil sejak ia
dilahirkan. seorang anak akan merasa membutuhkan makanan dengan cara menangis
sebagai pertanda.
2.
Hidayah
kepada panca indra. Macam hidayah ini sama sama terdapat pada manusia dan
hewan. Bahkan pada hewan lebih sempurna dibanding yang ada pada manusia. Sebab,
ilham dan panca indra ini akan lebih cepat tumbuh secara sempurna dalam waktu
yang sangat singkat setelah kelahiran. Dan ini dirasakan oleh manusia secara
bertahap.
3.
Hidayah
kepada akal. Hidayah ini lebih tinggi derajatnya dibandingkan hidayah ilham dan
panca indra. Secara naluriah, manusia akan hidup bermasyarakat dengan yang
lainnya. Sedang ilham dan panca indranya tidak cukup untuk menjalankan hidup
bermasyarakat. Karenanya, manusia membutuhkan akal yang mampu mengoreksi segala
kesalahan yang dilakukan oleh panca indra.
4.
Hidayah
berupa agama dan syariat. Hidayah ini merupakan kebutuhan mutlak bagi orang
yang menganggap remeh akal pikirannya, mengikuti kemauan hawa nafsunya,
menundukkan jiwa untuk menuruti kemauan syahwatnya.
صرا ط الذين انعمت عليهم غيرالمغضوب عليهم ولاالضالين
“Jalan jalan orang yang engkau beri nikmat atas mereka, bukan (
jalan ) orang orang yang dibenci dan
bukan (pula jalan) orang orang tersesat.”
Orang orang yang diberi anugerah
allah adalah para nabi dan shiddiqin dan shalihin yang terdiri
dari umat yang telah lalu. Dalam hal ini telah memberitahuakan kepada kita
perihal mereka secara global maupun terperinci didalam Al-Quran , dengan
menyebutkan kisah kisah mereka. Tujuannya agar dijadikan sebagai teladan bagi
kita. Sehingga kita dapat mengetahui contoh yang baik dan pantas dijadikan
sebagai panutan, yang akan mengantarkan kita kepada kebahagiaan dan menjauhi
jalan sesat.
Allah telah memerintahkan kepada
kita agar mengikuti langkah langkah orang orang terdahulu, karena hakekatnya,
agama itu adalah satu-sekalipun masa selalu berbeda beda. Ringkasan isi agama
allah itu hakekatnya sama, yakni iman kepada allah, kepada para rosul, dan
menghiasi diri dengan akhlak utama, melakukan perbuatan baik dan meninggalkan
kejelekan. Diluar masalah tersebut, adalah masalah cabang (furu’) yang
berbeda beda karena perbedaaan masa atau tempat.
Penutup
A.
Kesimpulan
Penafsiran pada bagian ini
mempaparkan dari inti sari dari kandungan surat Al fatihah. Surat yang mulia
ini terdiri dari tujuh ayat, mencakup pujian kepada alaah, mengagungkan allah
dan memujanya dengan menuturkan nama namnya yang indah dan melekat pada sifat
yang luhur. Dengan menuturkan hari akhirat , yaitu hari pembalasan, dan
membimbing hamba hambanya dalam memohon dan merendhakan diri kepdanya serta
membebaskan diri dari pengakuan atas danya dan kekuatan sendiri , membimbing
menuju pengikhilasan ibadah hanya untuknya, mengesakan ketuhanannya yang maha
suic lagi maha tinggi memnbersihkannnya dari sekutu bandingan ,atau
menyerupainya.
Al fatihah membimbing kita dalam
memmohon hidayah kepadanya menuju jalan yang lurus , yaitu agama islam dan
memohon ditetapkan diatas jalan itu hingga sampai pada keberhasialan melintasi
jembatan yang nyta pada hari kiamat yang akan mengantarkan kesurga naim.dengan
bertenggakan nabi pada shiddiqin, orang orang mati shahid dan orang orang
shalih. Surat alfatihah juga mencakup ungkapan dorongan untuk beraama sholeh
agar mereka pada hari kiamat bersama orang sholeh ungkapan untuk menakut nakuti
dan mengingatkan agar tidak menempuh jalan kebatilan agar mereka tidak
dikumpulkan bersamapelaku kebatilan pada hari kiaamat, yaitu mereka yang
dimurkai dan sesat.
B.
Kritik
dan saran
Demikian yang dapat kami sampaikan,
mohon ma’af jika ada kekurangan dan kesalahan kami selaku makalah ini menharap
kritik dan saran dari audience atau pihak laenya, terutama kritik yang dapat
membangun gunaperbaikan penyusunan makalah selanjutnya. Semoga makalah ini
dapat memberikan manfaat bagi kita semua. Amin
Daftar pustaka
v
Mujahidin,
Anwar, 2013, Pemurnian Tafsir Surat Al-fatihah, Universitas Islam Sunan
Kali Jaga. Yogyakarta
v
Al-maraghi,
ahmad musthafa, 1985, Terjemah Tafsir Al-maraghi, Toha putra, Semarang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar