Sabtu, 22 Desember 2018

Makalah Tafsir Tentang Surat Al-Fatihah


TAFSIR SURAT AL-FATIHAH
MAKALAH
Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata kuliah                   : Tafsir



nenganik.blogspot.com

FAKULTAS SYARIAH DAN EKONOMI ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG

2013

PENDAHULUAN
Al-qur’an merupakan buku petunjuk dari Tuhan yang  diberlakukan secara universal, artinya untuk semua manuasia dimanapun daerahnya tinggal dan kapanpun dalam periode sejarah ia tumbuh dan hidup. Sebagai buku suci dan mengikuti petunjuk-petunjuk yang ada dalam Al-qur’an merepukan susatu keharusan, terutama bagi orang-orang yang telah menerima Allah yang telah menurunkan Al-qur’an sebagai Tuhannya dan Muhammad sebagai utusannya. Meski demikian, Al-qur’an yang diturunkan dalam bahasa arab menjadi sebuah teks suci yang tidak semua orang dapat memahaminya, termasuk oleh si pemakai bahas arab semndiri, untuk itu di butuh ilmu tersendiri untuk mengetahui kandungan isinya, jadi kita memerlukan ilmu tafsir.
Dalam Al-qur’an terdapat berbagai macam-macam suratnya, dan terdapat banyak ayatnya. Tidak mungkin kita akan mempelajari langsung semua ayat dan surat-surat tersebut, untuk lebih memudahkan dan dapat memahami isi dan kandunganya kita akan mempelajarinya sedikit demi sedikit. Untuk itu kali ini maka kita akan mempelajari dan memahami tafsir surat Al-fatihah.




RUMUSAN MASALAH
1.      Kapan surat Al-fatihan diturunkan?
2.      Apa ayat-ayat dan kandungannya?

PEMBAHASAN

A.    Turunya surat Al-taihah
Para ahli tafsir tidak satu pendapat mengenai tempat dan waktu diturunkannya surat ini. Umumnya menyatakaan, al-fatihah turun dimakkah pada masa sangat awal kenabian, Wahidi menuturkan, berdasarkan Abu Maisarah dan ‘Ali, bahwa “ ketika Nabi berjalan kepadang pasir ( yaitu diawal kerasulan di makkah), beliau mendengar suara memanggil: Hai Muhammad. Tapi saat beliau mendengar suara itu, beliau lari dengan takut. Waraqah ibn Naufal berkata kepada beliau: jika Tuan mendengar panggilan itu lagi, berusahalah berdiri tegak dan dengarkan apa yang di ucapkannya kepada tuan, dan setelah itu kembalilah dan ceritakan kepada saya. Ketika Nabi berjalan kepadang pasir lagi, beliau mendengar suara memanggil: Hai Muhmmad! Beliau menjawab: Aku disini. Suara itu berucap: katakanlah “aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalan Nabinnya”. Kemudian suara itu berucap lagi: katakanlah segala puji bagi Allah, Tuhan seru sekalian alam...” dan seterusnya, sampai beliau dapat membaca surat permulaan Al-qur’an.
Beberpa ahli lainnya mencoba berpenapat, fatihah diturunkan dua kali pertama di makkah dan kemudian di madinah. Mereka berpendapat demikian karena kenyataan fatihah menduduki tempat sangat penting dalam kelima waktu sembahyang setiap hari. Namun pandangan ini belum menyediakan kepada para ahli tafsir kepuasaan dalam pemecahan masalah. Al-Husain ibnul-fadhl menyatakan, setiap orang terpelajar punya kesalahan, dan kesalahan mujahid adalah bahwa berkeras al-fatihah diturunkan di madinah.
B.     Ayat-ayat al-fatihah dan kandungannya
Al-fatihah terdiri dari tujuh ayah tanpa perbedaan pendapat ( bi la khilaf ). Menurut Umar bin Abid, al-fatihah terdiri dari delapan ayat, menurut pendapat Hussyn  al-Ja’fi, al-fatihah  terdiri dari enanm ayat. Dua pendapat itu dinilai lemah karena syadz. Perbedaan pendapat yang sesungguhnya dipicu oleh kedudukan basmalah, apakah ia ayat yang berdiri sendiri atau menjadi bagian dari surat al-fatihah. Pendapat lain menyatakan jumlah huruf dan jumlah kata dari surat al-fatihah, yaitu terdiri dari 23 kata dan 113 huruf.

Ayat-ayat surat al-fatihah :
·        بسم ا للّه ا لرّ حمن ا لرّ حيم                            
Dengan nama Allah, Yang Maha pemurah lagi Maha penyayang
Terdapat perbedaan pendapat dikalangan ahli nahwu  tentang muta’alliq huruf  ba’ dalam ungkapan Bi-ism Allah, apakah ia dengan isim atau dengan fi’il. Masing-masing kelompok yang berbeda pendapat memiliki dasar-dasar argumentasi dari ayat-ayat Al-qur’an. Yang berpendapat dengan ism maka cangkupan (pikiran) artinya menjadi bi-ism Allah ( dengan nama Allah) sebagai suatu permulaan (Ibtida’i), sedangkan yang berpandangan dengan fi’il (kata kerja) baik dalam bentuk kalimat perintah maupun berita, maka cakupan (pikiran) artinya menjadi saya memulai dengan nama Allah (abda’u bi-ism Allah) atau aku memulai dengan nama Allah (ibtada’tu bi-ism Allah). Kedua pendapat tersebut menurut penafsir sama-sama benar karena setiap fi’il pasti berasal dari masdarnya.
Analisa selanjutnya adalah pada kata al-Rahman dan al-Rahim. Kata itu merupakan kata bentukan  (musytaq) dari kata al-rahman dengan kandungan arti sangat atau melebihi      ( Maha Pengasih dan Maha Penyayang ). Pendapat lain menyatakan bahwa kedua kata tersebut wungkul ( ghayr musytaq ). Riwayat dari ibnu al-Ambari menyatakan bahwa al-rohman dan al-rahim berasal dari bahasa ibrani dan bukan bahasa arab. Menurut al-Qurthubi pendapat yang menyatakan bahwa keduanya musytaq adalah sebuah hadist qudsi yang ditakhrij oleh al-trimidzi dan telah dinilainya sebagai hadist shahih.
·        الحمد للّه ربّ العا لمينَ
Segala puji bagi Allah, Tuhan seru sekalian alam
Abu Ja’far bin Jarir menyatakan bahwa makna al-hamd lillah adalah rasa sukur yang murni hanya milik Allah semata, karena dia telah menganugerahkan nikmat kepada     hamba-Nya  yang tak terhingga jumlahnya dan tidak ada seorangpun, selain Dia, yang mengetahui jumlahnya,serta tak seorangpun yang berhak meneima rasa sukur. Oleh karena itu untuk Rabb sajalah segala puji, baik pada awal maupun akhir.
Pada bagian selanjutnya penafsir mengungkapkan perkataan Ibn ‘Abbas bahwa al-hamd lillah adalah ungkapan setiap orang yang bersukur kepada Allah. Al-Qurthubi telah menujukan kepada Ibn Jarir tentang kesahihan perkataan seseorang yang menyatakan bahwa al-hamd lillah berati bersukur. Ibn Jarir sendiri mencurigai riwayat tersebut mengandung kelemahan atau cacat (nazhr), karena telah terkenal dikalangan ulama moderen bahwa al-hamd lillah berati pujian (tsana’) dengan ucapan kepada yang terpuji dengan sifat-Nya.
·        اﻠرّحمن الرّحيمِ
Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang
Penjelasan dan tafsir al-rahman dan al-rahim telah dianggap cukup dalam tafsir basmalah sehingga penafsir tidak membahas ayat tersebut, karena hanya akan bersifat mengulang. Penafsir kemudian mengutarakan peryataan Al-Qurthubi yang menjawab antara hubungan ayat ini dengan ayat sebelumnya, bahwa Allah telah mensifati diri-Nya dengan al-rahman dan al-rahim dalam ayat ini setelah firmanNya, rabb al-alamin, dengan tujuan memberi harapan  yang menggembirakan setelah ancaman, sebagai mana ayat al-qur’an yang di tujukan dalam bagian ini sebagai dasarnya, “ kabarkan kepada hamba-hamba-Ku bahwa sesungguhnya Akulah Yang Maha Penggampung lagi Maha Penyayang, dan bahwa sesungguhnya azabKu adalah yang sangat pedih “. Maka Rabb dalam ayat sebelumnya adalah ancaman, dan al-rahman dan al-rahim pada ayat ini menjadi harapan yang mengerikan. Kesimpulan ini dipertegas penafsir  dengan mengemukakan sebuah hadist dari kitab shahih muslim.
·        ما لك يوم ااالدّينِ
Yang menguasai hari kemudain
Terdapat dua pendapat yang sama-sama kuat dan didukung sejumlah ayat-ayat al-qur’an  mengenai akar kata malik. Pendapat pertama menyatakan akar kata malik diambil dari kata al-malik. Pendapat kedua, menyatakan akar kata malik adalah al-mulk. Selanjutnya penafsir menguraikan analisa grametikal terhadap malik yaum al-din. Penghususan kepemilikan ( Allah ) dengan hari akhir (yaum al-din ) tidaklah menafikan yang lainnya, tanpa kepemilikan atas hari dunia. Hal itu karena telah disampaikan pada ayat terdahulu bahwa Tuhan adalah penguasa seluruh isi alam. Ayat ini juga mengandung pengertian umum, yaitu pemilik hari dunia dan akhirat. Penyandaran Dia kepada hari akhir pada susunan tersebut disebabkan disana tidak ada siapapun selain-Nya yang dapat mengklaim akhirat sebagai miliknya dan tiada seorangpun yang dapat berbicara mellainkan dengan izin-Nya.
·        ايّاك نعبد و ايّاك نستعينُ
Hanya kepada-Mu kami mengabdi, dan hanya kepada-Mu kami mohon pertolongan

Ibadah adalah perasaan merendahkan diri yang lahir dari hati nurani, sebagai akibat perasaan mengagungkan yang disembah, di samping dengan kenyakinan yang di sembah itu mempunyai kekuasaan yang pada hakkatnya tidak bisa di jangkau oleh kemampuan akal manusia. Sebab , kekuasaan Allah tidak bisa di jangkau oleh akal dan tidak bisa dianalisa oleh alam pemikiran.
Siapa pun yang merendahkan dirinya di hadapan sang raja, tidak bisa dikatakan bahwa ia adalah hamba raja tersebut lantaran perbuatan merendahkan diri itu sudah diketahui latar belakang tertentu, yakni karena takut kelaliman raja, atau bahkan mengharapkan sesuatu dari raja. Cara ibadah, pada dasarnya bermacam macam menurut perbedaan agama dan waktu. Tetapi semuanya disyaratkan untuk mengingatkan manusia kepada kekuasaan Yang Maha Tinggi. Juga untuk meluruskan akhlak bengkok dan membersihkan jiwa umat manusia. Jika tujuan-tujuan tersebut tidak membekas, berarti bukan ibadah yang dimaksudkan syari’at.
Misalnya melakukan sholat. Allah memerintahkan kepada kita agar melakukan shalat secara lengkap dan sempurna. Sebagai bukti bahwa shalat itu telah dilakukan secara lengkap dan sempurna ialah terhindarnya perbuatan mungkar baik lahir maupun batin.

اهد ناالصرا ط المستقيم
“tunjukkan kami jalan yang lurus”
Hidayah, artinya suatu pertanda yang dapat mengantarkan seseorang kepada hal yang dituju. Shirath berarti jalan. Mustaqim berarti lawan kata berbelok belok (bengkok) jalan bengkok adalah jalan menyelewengkan seseorang dari cita cita yang dituju. Dan jalan ini harus dihindari oleh orang orang yang menghendaki jalan lurus dan benar.
Macam-macam Hidayah
1.      Hidayah dlam bentuk ilham. Hal ini dirasakan oleh anak kecil sejak ia dilahirkan. seorang anak akan merasa membutuhkan makanan dengan cara menangis sebagai pertanda.
2.      Hidayah kepada panca indra. Macam hidayah ini sama sama terdapat pada manusia dan hewan. Bahkan pada hewan lebih sempurna dibanding yang ada pada manusia. Sebab, ilham dan panca indra ini akan lebih cepat tumbuh secara sempurna dalam waktu yang sangat singkat setelah kelahiran. Dan ini dirasakan oleh manusia secara bertahap.
3.      Hidayah kepada akal. Hidayah ini lebih tinggi derajatnya dibandingkan hidayah ilham dan panca indra. Secara naluriah, manusia akan hidup bermasyarakat dengan yang lainnya. Sedang ilham dan panca indranya tidak cukup untuk menjalankan hidup bermasyarakat. Karenanya, manusia membutuhkan akal yang mampu mengoreksi segala kesalahan yang dilakukan oleh panca indra.
4.      Hidayah berupa agama dan syariat. Hidayah ini merupakan kebutuhan mutlak bagi orang yang menganggap remeh akal pikirannya, mengikuti kemauan hawa nafsunya, menundukkan jiwa untuk menuruti kemauan syahwatnya.
صرا ط الذين انعمت عليهم غيرالمغضوب عليهم ولاالضالين

“Jalan jalan orang yang engkau beri nikmat atas mereka, bukan ( jalan ) orang  orang yang dibenci dan bukan (pula jalan) orang orang tersesat.”

Orang orang yang diberi anugerah allah adalah para nabi dan shiddiqin dan shalihin yang terdiri dari umat yang telah lalu. Dalam hal ini telah memberitahuakan kepada kita perihal mereka secara global maupun terperinci didalam Al-Quran , dengan menyebutkan kisah kisah mereka. Tujuannya agar dijadikan sebagai teladan bagi kita. Sehingga kita dapat mengetahui contoh yang baik dan pantas dijadikan sebagai panutan, yang akan mengantarkan kita kepada kebahagiaan dan menjauhi jalan sesat.
Allah telah memerintahkan kepada kita agar mengikuti langkah langkah orang orang terdahulu, karena hakekatnya, agama itu adalah satu-sekalipun masa selalu berbeda beda. Ringkasan isi agama allah itu hakekatnya sama, yakni iman kepada allah, kepada para rosul, dan menghiasi diri dengan akhlak utama, melakukan perbuatan baik dan meninggalkan kejelekan. Diluar masalah tersebut, adalah masalah cabang (furu’) yang berbeda beda karena perbedaaan masa atau tempat.
Penutup
A.    Kesimpulan
Penafsiran pada bagian ini mempaparkan dari inti sari dari kandungan surat Al fatihah. Surat yang mulia ini terdiri dari tujuh ayat, mencakup pujian kepada alaah, mengagungkan allah dan memujanya dengan menuturkan nama namnya yang indah dan melekat pada sifat yang luhur. Dengan menuturkan hari akhirat , yaitu hari pembalasan, dan membimbing hamba hambanya dalam memohon dan merendhakan diri kepdanya serta membebaskan diri dari pengakuan atas danya dan kekuatan sendiri , membimbing menuju pengikhilasan ibadah hanya untuknya, mengesakan ketuhanannya yang maha suic lagi maha tinggi memnbersihkannnya dari sekutu bandingan ,atau menyerupainya.
Al fatihah membimbing kita dalam memmohon hidayah kepadanya menuju jalan yang lurus , yaitu agama islam dan memohon ditetapkan diatas jalan itu hingga sampai pada keberhasialan melintasi jembatan yang nyta pada hari kiamat yang akan mengantarkan kesurga naim.dengan bertenggakan nabi pada shiddiqin, orang orang mati shahid dan orang orang shalih. Surat alfatihah juga mencakup ungkapan dorongan untuk beraama sholeh agar mereka pada hari kiamat bersama orang sholeh ungkapan untuk menakut nakuti dan mengingatkan agar tidak menempuh jalan kebatilan agar mereka tidak dikumpulkan bersamapelaku kebatilan pada hari kiaamat, yaitu mereka yang dimurkai dan sesat.

B.     Kritik dan saran
Demikian yang dapat kami sampaikan, mohon ma’af jika ada kekurangan dan kesalahan kami selaku makalah ini menharap kritik dan saran dari audience atau pihak laenya, terutama kritik yang dapat membangun gunaperbaikan penyusunan makalah selanjutnya. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua. Amin 

Daftar pustaka
v  Mujahidin, Anwar, 2013, Pemurnian Tafsir Surat Al-fatihah, Universitas Islam Sunan Kali Jaga. Yogyakarta
v  Al-maraghi, ahmad musthafa, 1985, Terjemah Tafsir Al-maraghi, Toha putra, Semarang

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Puisi Harus Bagaimana